Toyota meluncurkan Avanza versi taksi yang disebut Transmover. Namun Toyota tampaknya meragukan kalau Transmover akan digunakan untuk kendaraan operasional kendaraan.
“Kita sih nggak menyarankan kan balik lagi kebutuhan si customernya. Kalau perusahaan kan ada 2, satu kan COP (Car Ownership Program) yang untuk kendaraan pakai customer dibiayai oleh kantornya yang kedua operasional,” kata Executive General Manager Vehicle Sales Operation Sub Directorate Toyota Astra Motor, Fransiscus Soerjopranoto.
“Nah apakah operasional mau pakai ini ya silakan-silakan saja gitu, tapi kalau COP saya nggak terlalu yakin gitu, orang mau beli ini karena sudah dikurangi speknya. Pada saat kita develop ini kan melalui market dulu kira-kira yang nggak dibutuhkan driver tuh apa ya kita buang tapi passenger butuh itu larinya ke passenger,” lanjut Soerjo.
Transmover mengusung mesin yang sama dengan Avanza tipe E 1.3 L. Hanya ada 10 fitur yang dikurangi diantaranya, spion, jok, pelek, material, dan bagian interior lainnya.
Taksi Low MPV ini dibanderol mulai Rp 143.550.000- Rp 150.000.000 off the road. Transmover diproduksi berdasarkan pesanan dari para pengusaha taksi. Mereka harus menunggu sekitar satu hingga 2 bulan hingga kendaraannya siap dipakai.
“Satu dua bulan saja, karena sekarang sistem ordernya Toyota sudah beda, sistem ordernya TAM, itu sekarang sudah dari cabang tanpa melalui kantor pusat kalau dulu kita order di pull ke kantor pusat, misalnya kita order Auto2000 punya 100 cabang nanti di pull ke kantor pusat, dari kantor pusat baru order ke TAM, unit ya nih kita bicara, sekarang nggak satu per satu itu langsung ke TAM, jadi kita lebih efisien gitu,” kata Soerjo.
“Jadi misalnya ada 6 cabang ya sudah pesan aja misalnya 100 unit per cabang, ya sudah kewajibanya TAM memenuhi saja pemesanannya itu 100 jadi nggak ada yang namanya mengambil ke kantor pusat, jadi TAM langsung,” tutup Soerjo.